Social Media

Tidak Lagi Ada Yang Beri Kesenangan

Pekanbaru, Pekanbaru City, Riau, Indonesia
fotografi oleh tiffany wijaya

Nothing sparks joy anymore.


Belakangan tak lagi ada yang bikin saya bahagia. Dan itu menakutkan. Bahkan hobi yang saya senangi dari dulu sudah tidak dapat memberikan Joy. Sumber bahagia saya salah satunya adalah hobi.

Dan ketika hobi gagal, maka saya mulai ketakutan.

Dulu sekali, saya bisa bikin desain grafis sebanyak-banyaknya. Membuat desain poster, edit foto para selebriti dan instagrammer. Namun sekarang, saya hanya menatap kosong layar gawai. 

Kosong.

Gaming, setelah membuka game selama 15 menit. Membosankan. Padahal sebelumnya bisa main seharian sambil seru-seruan. Main game sambil ngemil.

Sekarang butuh waktu lama bagi saya untuk membaca. Tidak hanya buku, ketika membaca artikel pandangan saya lompat-lompat dari satu kata ke kata lainnya. Saya kesulitan memahami kata tersebut.

Dulu 2-3 buku bisa diselesaikan dalam waktu sebulan. Hmm sad.

Kemana sih, saya yang dulu?

Tidak lagi tahu apa yang ingin dilakukan adalah sebuah kemunduran. Bagaimana mungkin ada orang yang bisa menjalani hidup tanpa tahu tujuan yang jelas.

Itu dia. Saya tidak memiliki tujuan. Tidak lagi ada mimpi dan cita-cita. Tidak lagi memiliki ambisi yang berapi-api, semua berada di fase 'it is what it is

Ya sudah, mau bagaimana lagi.

Jujur saja ini terdengar pasrah. Saya juga tidak ingin terdengar menyedihkan dan sepertinya menyerah. Setiap hari, saya selalu mencoba dan mencoba keras untuk memiliki pikiran positif. 

Ternyata statement yang saya baca di timeline itu benar,

Perempuan itu harus sibuk setiap hari, jika tidak dia akan disibukkan oleh pikiran dan perasaannya. - akun twitter @/PikamonID

Perempuan itu pikirannya bercabang. Bisa memikirkan 70 hal berbeda diwaktu bersamaan. Itu sebabnya kita disebut sebagai makhluk paling overthinking. 

Mungkin terdengar berlebihan namun memang begitu adanya. 

Itukan hobi, bagaimana dengan hal lain? Seperti manusia lainnya?

Menggambarkan hubungan saya dengan orang lain cukup sulit bagi saya. Karena tidak hanya pada orang lain, kepada orang rumah sendiri sama saja.

Saya merasa sulit mengerti dan sulit dimengerti oleh orang lain. Sehingga itu membuat saya frustasi dalam mengungkapkan perasaan saya. Alhasil, diam.

Komunikasi yang harusnya dua arah, malah jadi komunikasi tanpa arah yang bisa bikin missed

Meski saya cukup ahli dalam menjadi pendengar, bukan berarti saya puas dengan kondisi tersebut. Saya cukup paham kapan harus menjadi pendengar dan penengah. 

Hal yang saya coba lakukan untuk menemukan 'Saya' lagi.

Saya kembali mengunjungi hobi lama. Dengan cara membuat daftar hobi lama yang sudah saya lupakan. 

Dimulai dari menulis jurnal tidak hanya tentang blog, namun tentang emosi dan perasaan saya. Hal yang harusnya saya teruskan dari dulu.

Membuat postingan blog lebih banyak lagi. Terus terang saja, postingan di draft sangat banyak. Namun entah mengapa tak saya publish. Itu sebabnya sekarang postingan blog saya lompat-lompat tanggalnya. 

Merakit mainan lagi. Seperti mainan bricks dan miniatur. 

Edit foto lagi, bikin poster dan terima job desain lagi. Main game lagi. Koleksi barang-barang kesukaan lagi. Dimulai dari yang kecil tapi pasti.

Saya butuh menemukan diri saya lagi.

— T.W

 

Posting Komentar

Instagram

Theme by STS